Perceraian Solusi Akhir

Label:

Memprihatinkan, kasus perceraian di Indonesia sudah mencapai angka yang mengkhawatirkan. Dan jika dilihat lebih dalam lagi, ternyata yang paling banyak mengajukan cerai adalah pihak istri atau yang biasa disebut dengan cerai gugat. Nampaknya, perceraian masih menjadi pilihan utama untuk menyelesaikan permasalahan dalam konflik rumah tangga.
 
Saat ada masalah sedikit saja, kata “cerai” mudah terdengar sebagai alternatif  penyelesaian. Padahal perceraian senantiasa membawa dampak yang mendalam bagi anggota keluarga, meskipun tidak semua perceraian berdampak negatif.
 
Dari berbagai pemicu terjadinya perceraian dapat diringkas sebagai berikut:
 
1. Tidak dipahaminya tujuan pembentukan keluarga.
Pernikahan memiliki beberapa tujuan mulia, yaitu untuk mewujudkan mawaddah dan rahmah, yakni terjalinnya cinta kasih dan tergapainya ketentraman hati; melanjutkan keturunan dan menghindarkan dosa; mempererat tali silaturahmi; sebagai sarana dakwah dan menggapai mardhotillah. Kesepahaman tentang tujuan pernikahan sesungguhnya akan menjadi perekat kokoh sebuah pernikahan.

2. Adanya ketimpangan antara hak dan kewajiban.

Islam mengatur dengan sangat jelas hak dan kewajiban suami-istri, orang tua dan anak, serta hubungan dengan keluarga yang lain. Setiap kewajiban akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan sebagai sebuah ibadah, pernikahan haruslah dipandang sebagai bagian dari amal sholih untuk menciptakan pahala sebanyak-banyaknya, melalui pelaksanaan hak dan kewajiban masing-masing dengan sebaik-baiknya.

3. Terabaikannya fungsi keluarga.
Setiap keluarga muslim semestinya berfungsi sebagai ‘masjid’ yang memberikan pengalaman beragama bagi anggota-anggotanya. Sebagai ‘madrasah’ yang mengajarkan norma-norma Islam, sebagai ‘benteng’ yang melindungi anggota keluarga dari berbagai gangguan dan sebagai ‘rumah sakit’ yang memelihara dan merawat kesehatan fisik dan psikologis anggota keluarga. Dari keluarga juga akan dilahirkan kader-kader pejuang penegak risalah Islam. Ketika fungsi-fungsi ini tidak berjalan dengan baik, cepat atau lambat keluarga itu akan menuju jurang perceraian.

4. Tak lagi merasakan kebahagiaan.
 
Keluarga sakinah adalah keluarga dengan enam kebahagiaan yang lahir dari usaha keras pasangan suami-istri dalam memenuhi semua hak dan kewajiban. Enam kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan finansial, seksual, intelektual, moral, spiritual dan ideologis. Mana dari enam kebahagiaan itu yang utama? Itu bergantung pada persepsi dan pemahaman pasangan suami-istri.
 
Keluarga Rasulullah dibangun dalam kerangka perjuangan. Inilah keluarga teladan dengan kebahagiaan ideologis. Berdasarkan riwayat-riwayat yang sangat jelas, Rasul juga mampu menciptakan bagi keluarganya kebahagiaan intelektual, moral, spiritual, bahkan pula seksual. Secara finansial, Rasul memang hidup dengan kesahajaan. Namun, siapa sangka mereka juga ternyata merasakan kebahagiaan financial. Sebabnya, kebahagiaan yang terakhir ini tidak ditentukan oleh jumlah harta yang dimiliki, tetapi oleh perasaan qona’ah (perasaan cukup) atas rezeki yang Allah karuniakan.

Mempertahankan Keutuhan

Tak selamanya pernikahan berjalan mulus. Adakalanya guncangan atau bahkan badai menerpa bahtera rumah tangga. Keutuhan keluarga pun terancam hancur. Pada saat hal tersebut terjadi, beberapa langkah yang mesti dilakukan adalah :
- Sabar
Kesabaran merupakan langkah utama ketika mulai muncul perselisihan dalam keluarga. Islam memerintahkan kepada suami-istri agar bergaul dengan cara yang baik serta mendorong mereka untuk bersabar dengan keadaan masing-masing. Sebab, boleh jadi di dalamnya terdapat kebaikan-kebaikan (QS. An-Nisa : 19).

- Selanjutnya, sangat penting menjaga pintu dialog. 
Dialog dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan-hambatan psikis. Kadang masalah muncul bukan karena tidak ada kecocokan pada kedua belah pihak, melainkan karena sangat kurangnya kesempatan bagi keduanya untuk berbincang-bincang. Keterusterangan masing-masing pasutri, memang diperlukan dalam kehidupan berumah-tangga. Di samping tentunya, penting tetap menjaga sikap tidak mudah tersinggung ketika mendapat masukan atau teguran dari salah satu pasangan kita. 

Dengan kata lain, masing-masing pasangan hendaknya saling menghormati dan sebaiknya berkata santun tatkala mengekspresikan ketidakpuasannya. Satu hal yang barangkali bisa kita jadikan bahan introspeksi. Kita sering bisa menahan emosi dan hormat pada orang lain. Atau berusaha untuk tidak menyinggung perasaan orang lain. Tapi kenapa kita begitu mudah dan ringannya meremehkan dan menyinggung perasaan pasangan kita? Itupun sering kita lakukan seakan-akan tanpa beban, tanpa perasaan bersalah (guilty feeling). Sehingga kita melakukannya berulang-ulang.

- Jika konflik antara suami-istri memang sudah tidak mampu diatasi berdua, sementara keadaan semakin runcing, maka kehadiran pihak ketiga sebagai penengah sangat diperlukan. 

Firman Allah : “Jika kalian khawatir ada persengketaan diantara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. An-Nisa’ : 35)

Memilih Bercerai
 
Sebagaimana pernikahan, perceraian adalah solusi bagi masalah dalam rumah tangga. Sebagai solusi, perceraian boleh saja dilakukan tetapi tentu saja dengan cara yang baik dan benar agar tidak justru menimbulkan masalah baru (QS. Al-Baqarah :229).
Perceraian sering berakhir menyakitkan bagi pihak-pihak yang terlibat, termasuk di dalamnya anak-anak. Pada umumnya orang tua yang bercerai akan lebih siap menghadapi perceraian daripada anak-anak. 

Hal ini terjadi karena biasanya perceraian sudah didahului proses berpikir dan pertimbangan yang panjang sehingga ada persiapan mental dan fisik. Namun tidak demikian halnya dengan anak-anak. Mereka tiba-tiba harus menerima keputusan tanpa sebelumnya memiliki bayangan bahwa hidup mereka akan berubah.Karena itu usahakan tetap menjadi tempat bagi anak untuk mendapatkan kasih sayang. Yakinkan pada anak bahwa sekalipun orang tuanya berpisah, mereka akan tetap mencintai anak. Jalin hubungan dengan anak melalui telepon atau saling berkunjung, karena sesungguhnya tidak ada yang namanya bekas anak atau bekas orang tua.
Meski begitu, tak seharusnya tergesa menempuh jalan ini. Karena hancurnya keluarga senantiasa berimbas pada kualitas kehidupan dan generasi masa depan.

Wanita yang Masuk Neraka Karena Kucing

Label: ,

Ini adalah kisah wanita Himyariyah Israiliyah yang mengurung seekor kucing, tetapi dia tidak memberinya makan dan minum hingga kucing itu mati karena kelaparan dan kehausan. Ini menunjukkan kerasnya tabiat wanita itu, betapa buruk akhlaknya, serta tiadanya belas kasih di hatinya. Dia sengaja menyakiti. Jika di hatinya terdapat belas kasih, niscaya dia melepaskan kucing itu.

Dan sepertinya dia mengurungnya sepanjang siang dan malam. Ia merasakan haus dan lapar dengan suara yang memelas minta bantuan dan pertolongan. Suara dengan ciri tersendiri yang dikenal oleh orang-orang yang mengenal suara. Akan tetapi, hati wanita ini telah membatu dan tidak terketuk oleh suara pilu kucing itu. Dia tidak menghiraukan harapan dan impiannya.

Suara itu melemah, lalu seterusnya menghilang. Kucing itu mati. Ia mengadu kepada Tuhannya tentang kezaliman manusia yang hatinya keras dan membatu.
Jika wanita ini ingin agar kucing ini tetap di rumahnya, dia mungkin saja memberinya makan dan minum yang bisa menjaga hidupnya. Rosululloh SAW telah menyampaikan kepada kita bahwa kita meraih pahala dengan berbuat baik kepada binatang. Jika dia enggan memberinya makan yang menjaganya dari hidup, maka dia harus melepasnya dan membiarkannya bebas di bumi Alloh yang luas. Ia pasti mendapatkan makanan yang bisa menjaga hidupnya. Lebih-lebih, Alloh telah menyediakan rizki bagi kucing tersebut dari sisa-sisa makanan orang, begitu pula serangga-serangga yang ditangkapnya.


Perbuatan ini telah mencelakakan wanita tersebut, sehingga dia masuk Neraka. Rosululloh SAW melihat kucing itu memburu wanita yang menahannya di Neraka. Bekas-bekas cakaran tergores di wajah dan tubuhnya. Beliau melihat itu manakala Surga dan Neraka diperlihatkan kepadanya pada saat sholat gerhana.

Sabar,Ikhlas,dan Berprasangka baik Kepada Allah(Dalam Musibah/sakit)

سم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum,,,,wr.wb,,,,

Alhamdulillah, segala Puji hanya bagi Allah SWT, yang senantiasa memberikan berjuta kenikmatan kepada semua hamba-Nya

Semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada sanak keluarga beliau dan para sahabat beliau...Amin.

Mudah-mudahan kita semua dikaruniai nikmatnya bersabar, karena kesabaran begitu tinggi nilainya dalam Islam. Kedudukan seseorang di sisi Allah, keakraban seseorang dengan Allah bisa ditempuh dengan kesabaran,

Innallaha maas shobirin, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”. (QS.Al baqarah : 153)

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai kunci pembuka pertolongan Allah. 

Seorang muslim yang sedang sakit hendaknya bersangka baik kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala, bahwa Allah akan mengasihinya dan tidak menyiksanya.

Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:

Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah.” (HR: Muslim).

Berada antara takut dan penuh harap, takut pada siksa Allah dan berharap pada keluasan rahmatNya,
Rasulullah Saw bersabda, yang artinya:

 “Tidaklah menyatu (rasa takut dan harapan) dalam hati seorang hamba pada saat seperti ini (sakit) kecuali Alloh mengabulkan harapannya dan memberikan kepadanya rasa aman dari apa yang ditakutkannya.”(HR:At-Tirmidzi dengan sanad hasan).

Seorang muslim yang sedang sakit hendaknya juga tidak mengharapkan kematian meskipun penyakitnya sangat parah.Namun kalau terpaksa hendaknya berdo’a:

“Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupan lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika kematian lebih baik bagiku. Jadikanlah kehidupan sebagai penambah segala kebaikan bagiku dan kematian sebagai istirahatku dari segala
keburuk-an.” (Hadits Anas bin Malik-HR: Al-Bukhari dan Muslim).

Pada umumnya kita semua bisa lebih sabar,disaat kita di uji Allah dengan hal yang menyenangkan,tapi saat kita di uji Allah dengan ujian yang tidak menyenangkan,seperti ujian kesulitan, ujian kehilangan dan atau musibah maka kebanyakan dari kita, akan merasa begitu sulit menerimanya dan sulit untuk bisa sabar.

Ujian kesulitan, ujian kehilangan, kekurangan musibah, penyakit,  kemiskinan, adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini.

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini 

“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. Al-Baqarah [2] : 155-157)

Karena itu, marilah kita sabar dan ikhlas dalam segala keadaan, yakinlah bahwa janji Allah pasti benar. Percayalah, sabar dan ikhlas, akan membuahkan kebahagiaan hidup.

JIKA KAMU BELUM MENCAPAI BAIK SANGKA TERHADAP ALLAH  LANTARAN KESEMPURNAAN SIFAT-NYA, MAKA HENDAKLAH KAMU MEMPERBAIKI SANGKA TERHADAP WUJUD-NYA KERANA WUJUD-NYA BESERTA KAMU. BUKANKAH DIA TIDAK MELETAKKAN KAMU MELAINKAN PADA YANG BAIK-BAIK DAN TIDAK MENYAMPAIKAN KEPADA KAMU MELAINKAN NIKMAT-NIKMAT-NYA.

Wabillahi taufiq wal hidayah Wassalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Penjelasan....

KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI COBAAN

“Artinya : Dari Ummu Al-Ala’, dia berkata :

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata.

‘Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak”.(SUBHANALLAH)

Wahai Ukhti Mukminah .!
Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain.

Tetapi justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ?

Wasiat yang ada dihadapanmu ini disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala menasihati Ummu Al-Ala’ Radhiyallahu anha, seraya menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji Rabb-nya agar Dia bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya.



 Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka.

Firman-Nya.
“Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar , dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.

Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan bekal bagi orang mukmin dalam perjalanan hidupnya di dunia.

Maka dari itu sabar termasuk dari sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada artinya tanpa kepala.

Maka Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata.
"Kehidupan yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran".

Maka andaikata engkau mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit.

Ikhlas menerima sakit berarti yakin bahwa sakit tersebut merupakan ujian yang diberikan ALLAH. Perwujudannya adalah beristighfar kepada ALLAH, dan JANGAN MENGUTUK penyakit yang sedang kita derita.
Di dalam ke ikhlasan ada kesabaran.

Kesabaran yang disandarkan kepada ALLAH mendatangkan keikhlasan akan kehendak-hendaknya terhadap diri kita.

Memang mudah diucapkan, tetapi sudah dijalankan rasa ikhlas dan kesabaran itu, terlebih lagi ketika kita sering kali berhadapan pada ujian dan cobaan hidup, beban dan kesulitan hidup.

Tetapi, disinilah letak RAHASIA SABAR itu.


Di saat kita menghadapai situasi yang benar-benar membelenggu, benar-benar menyulitkan, atau benar-benar memiliki masalah yang sangat berat, maka disaat itulah kita di UJI dengan kesabaran, yakni apakah kita BISA SABAR atau tidak.

Perkara/musibah yang telah Allah tetapkan kepada seorang hamba, misalnya sakit. Maka sakitnya tidaklah di nilai sebagai pahala dan ‘amal sholeh melainkan hanya bernilai ‘amal sholeh jika ia bersabar terhadap takdir Allah ‘Azza wa Jalla padanya yaitu pahala dari sabar itu sendiri.


  • Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya.
  • Sakit yang menimpa tubuh kita sudah pasti telah diukur oleh Allah.
  • Sesakit apa pun derita yang kita alami pasti sudah diukur.
  • Bahkan sampai yang "luar biasa" pun telah diukur oleh Allah.
  • Tidak mungkin Allah memberikan kepada kita sesuatu yang tidak sanggup kita pikul.
  • Karena yang menciptakan saraf sakit juga Allah Yang Maha Kuasa.
  • Maka yakinilah selalu bahwa setiap sakit yang kita derita pada hakikatnya sudah diukur oleh Allah.
  • Karena itu, biasakanlah untuk selalu mengucapkan,"Innalillahi wa inna ilaihi raaji`uun", saya adalah milik Allah, Allah sangat mampu berbuat apa saja kepada diri ini.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan, Innalillahi wa inna ilaihi raaji`uun (Q.S.Albaqarah: 155-156).

 Sabar menerima Cobaan hidup, baik fisik maupun non fisik, akan menimpa semua orang baik berupa lapar, haus, sakit, rasa takut, kehilangan orang-orang yang di cintai, kerugian harta benda dan lain sebagainya.

Cobaan seperti itu bersifat alami, manusiawi, oleh sebab itu tidak ada seorang pun yang dapat menghindar.

Yang diperlukan adalah menerimanya dengan penuh kesabaran, seraya memulangkan segala sesuatunya kepada Allah SWT.Innalillahi Wainnailaihi Rajiun 

 Malahan sakit demampun dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjumpai Ummu As-Sa’ib dan bersabda: ”Wahai Ummu As-Sa’ib, mengapa kamu berjalan agak lunglai?” Dia berkata: “saya sedang demam, semoga Allah mengenyahkanya”.

Beliau bersabda:”jangan kamu mencela penyakit demam, karena ia dapat menghapus kesalahan manusia, sebagaimana semburan api menghilangkan karat besi”. (HR. Muslim) subhanallah...

 Dari Atha’ bin Abu Rabbah, dia berkata. "Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku.

"‘Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga ?Aku menjawab. ‘Ya’.

Dia (Ibnu Abbas) berkata. "Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata.

‘Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku.

Beliau berkata. ‘Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga.

Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo’a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu fiat’.

Lalu wanita itu berkata.‘Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi.‘Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka berdo’alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka’.

Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/150. Muslim 16/131)

 Tidak ada yang lebih menenangkan bagi hati seseorang pada kehidupan ini daripada berbaik sangka, dengannya ia bisa terhindar dari berbagai penyakit yang membingungkan yang menyerang hatidan merusak pikiran.



Yang dimaksud dengan ar-roja adalah berbaik sangka kepada Allah.

Di antara tanda berbaik sangka kepada Allah adalah
mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan pertolongan dari-Nya.

Allah Swt. telah memuji orang yang mengharapkan
perkara-perkara tersebut seperti halnya Allah memberikan pujian kepada orang yang takut kepada Allah.

Allah juga telah mewajibkan roja dan berbaik sangka kepada-Nya, sebagaimana Allah
mewajibkan takut kepadanya.

Karena itu, seorang hamba hendaknya senantiasa takut kepada Allah dan mengharapkan
rahmat dari-Nya.

 Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Nabi saw. bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: "Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu.

Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka.

Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta.

jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa.

Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari)

Prasangka baik kepada Allah akan membentuk pribadi optimis, penuh harapan (raja') akan curahan rahmat-Nya, meskipun sesekali hatinya terbetik rasa khawatir (khauf) kalau Allah mem-
berinya cobaan atau musibah.

Musibah tidak pernah membuatnya jera dari upayanya meraih sukses.

Ia semakin membuatnya hati-hati dalam dalam  mengayuh jalan meniti program hidupnya, agar membuahkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sikap seperti ini, Insya Allah, akan memotivasi amal saleh dan doa yang makbul, serta istighfar dan taubatyang mampu membuka pintu maghfirah-Nya.

Rasulullah Saw bersaba,
"Janganlah kamu (sekalian) mati melainkan dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah." (HR Muslim)
Artinya, kita mesti senantiasa berprasangka baik bahwa Allah akan menjadikan kita sebagai orang yang mati dalam husnul khatimah.

 Beriman dengan qadha' dan qadar merupakan salah satu dari rukun iman yang enam.

Sikap sangka baik dan sangka buruk berkait rapat dengan keimanan dengan qadha' dan qadar.

Sebagai hamba yang beriman, kita dikehendaki sentiasa bersangka baik terhadap Allah s.w.t. Apabila kita bersangka baik terhadap Allah s.w.t banyak kebaikan yang akan kita perolehi.

 Sebaliknya kita dilarang dari bersangka buruk terhadap Allah s.w.t, kerana apabila kita bersangka buruk kepada Allah swt maka kita telah melakukan satu dosa yang boleh menjerumuskan kita kepada kekufuran dan kemaksiatan.





 Untuk itu kita harus selalu berhusnuzhon (berprasangka baik) terhadap segala sesuatu yang telah Alloh tetapkan kepada para hamba-Nya agar kita termasuk orang-orang yang beruntung.

Rahasia di Balik Musibah

Para pembaca yang budiman, tidaklah Alloh menimpakan suatu musibah kepada para hambaNya yang mu’min kecuali untuk tiga hal:
  • Mengangkat derajat bagi orang yang tertimpa musibah, karena kesabarannya terhadap musibah yang telah Alloh tetapkan.
  • Sebagai cobaan bagi dirinya.
  • Sebagai pelebur dosa, atas dosanya yang telah lalu

Semoga di tahun yang baru ini Allah memberikan kekuatan untuk menjadikan
amal ibadah kita menjadi lebih baik, menambah spirit tuk selalu berbuat
kebaikan dan semakin bermanfaat bagi banyak orang-orang di sekitar kita
.

(Bunda Semoga Lekas Sembuh)

Ibu...Jagalah Lisanmu

Label:

Kita tentu pernah mendengar kisah Malin Kundang. Seorang anak yang durhaka terhadap ibunya dan hidupnya berakhir menjadi batu, karena lisan ibunya. Kisah ini bagaimanapun memang hanya sebuah legenda yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, namun satu hal yang perlu dicermati adalah luar biasanya pengaruh lisan ibu terhadap anak.
Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang kita jumpai seorang ibu yang jengkel atas kenakalan dan kesalahan anak-anaknya hingga ia mencela dan mencaci mereka. Kata-kata yang kotor (tidak pantas) pun keluar dari bibirnya. Seringnya hal ini terjadi, tak pelak menjadi kebiasaan. Sang ibu-pun tidak lagi merasa bersalah ataupun berdosa atas perbuatannya tersebut.

Tidak bisa dipungkiri, beban ibu rumah tangga tidaklah ringan. Ibarat pekerja, ibu mempunyai jam kerja yang tidak terbatas, tak seperti layaknya wanita karir kantoran yang mempunyai jadwal kerja antara 6 sampai 8 jam. Selepas itu ia bisa beristirahat dengan tenang. Sedangkan bagi ibu yang memiliki anak haruslah berjaga hingga 24 jam, belum lagi harus melayani suami, memasak, mengurus rumah, menyetrika, dan lainnya.
Beruntunglah para ibu yang suaminya menyediakan khadimah atau pembantu di rumah untuk meringankan tugasnya. Namun bagaimana bila sang suami tidak mampu? Tentu dialah yang harus menyelesaikan tugas itu sendirian. Dan biasanya bila sang ibu sudah pada fase kelelahan yang sangat, kondisinya menjadi labil. Sedikit saja buah hatinya melakukan hal-hal yang menurutnya tidak sewajarnya, maka emosinya mudah tak terkontrol, gampang meledak. Buntutnya keluarlah cercaan, cacian, makian, laknat dan sumpah yang tidak baik kepada anak-anak mereka.
Ironisnya banyak orang yang mendengar kadangkala hanya mendiamkan saja, karena dianggap hal yang wajar. Lalu bagaimana sebenarnya Islam memandang hal ini?

Pengaruh pada Anak

Cacian dan makian yang dilontarkan kepada anak-anak adalah salah satu faktor terburuk yang menyebabkan penyimpangan psikologis anak, bahkan merupakan faktor terbesar dalam mewujudkan rasa rendah diri.
Jika sekali saja anak berbuat bohong, maka kita memanggilnya si pembohong. Sekali saja anak memukul adiknya, kita menyebutnya anak nakal. Jika anak mengambil uang dari saku ayahnya, maka ia dipanggil sebagai pencuri. Dan apabila anak dimintai tolong tapi ia tak mau, maka ia dijuluki pemalas. Tak jarang cacian dan makian ini terjadi di depan orang lain.
Tidak diragukan lagi perlakuan seperti ini merupakan salah satu faktor penyebab anak memandang dirinya sebagai orang yang hina dan tak berarti. Ini juga akan melahirkan gangguan-gangguan psikologis di dalam jiwa anak yang mendorong untuk memandang orang lain dengan pandangan yang sinis, dengki, dan melarikan diri dari kehidupan serta tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul. Tidak aneh jika kita melihat mereka akan menjadi penyakit bagi masyarakat.

Dari sini dapat kita ketahui bahwa tidak ada harapan yang dapat kita petik dari anak-anak, jika kita melemparkan mereka pada suasana pendidikan yang merusak dan membahayakan. Bagaimana mungkin kita akan mengharapkan anak-anak mampu memiliki ketaatan, kebaikan, kehormatan,dan ke-istiqamah-an, sedang kita sendiri telah menanamkan benih penyimpangan dan kedurhakaan di dalam jiwa mereka..?! Masya Allah! Sepertinya hanya kecil kelihatannya, namun begitu besar akibat yang ditimbulkan oleh kata-kata.
Sungguh, pada mulut kita terletak surga dan neraka kita, sekaligus surga dan neraka anak-anak kita.

Kendalikan Diri

Beratnya beban ibu, tak seharusnya menjadi alasan kewajaran untuk mencela anak saat marah. Itu berarti keimanan memiliki peranan yang besar. Karena keberadaan iman akan membuat kita senantiasa merasa berada dalam ‘pengawasan Allah’. Dan tak ada tempat bagi kita untuk melanggar hukum Allah. Sehingga perbuatan dan lisan kita pun terkontrol.
Islam telah memerintahkan kepada setiap orang yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan mengarahkan, terutama para ibu, untuk memiliki akhlak luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Allah SWT berfirman :” dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (TQS. Ali Imran :134). Dan firman-Nya : ” serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (TQS. Al-Baqarah : 83). Demikian pula sabda Nabi Saw :”Sesungguhnya Allah Menyukai kelemah lembutan di dalam seluruh perkara.” (HR. Bukhari).
Islam juga melarang orangtua melaknat anak-anak mereka, bukan hanya itu kitapun dilarang menyumpahi diri kita sendiri ketika kita marah karena sesungguhnya kita tidak mengetahui kapan saatnya perkataan ataupun do’a (baik maupun buruk) yang kita ucapkan akan di kabulkan. 

Dari Jabir bin Abdullah ra., dia menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: ”Janganlah kalian menyumpahi diri kalian, dan jangan pula menyumpahi anak-anak kalian dan harta kalian, kalian tidak mengetahui saat permintaan (do’a) dikabulkan sehingga Allah akan mengabulkan sumpah itu” (HR.Muslim).
Jauhnya ibu dari Din yang mulia ini akan menyeretnya ke dalam dosa dan maksiat. Karena itu wajiblah baginya mempelajari agama ini agar terhindar dari apa yang di haramkan Allah dan senantiasa mengerjakan apa yang di perintah-Nya. Ibu, tetaplah semangat menuntut ilmu syariat agar Allah selalu membimbingmu.

Kondisi lelah seringkali memicu seseorang mudah marah. Karena itu kerjakanlah pekerjaan rumah tangga apa yang ibu sanggup, jangan memaksakan diri. Tidurlah segera ketika anak-anak tidur sehingga ibu mempunyai waktu untuk beristirahat, dan tentu saja kerjasama antara suami istri sangat penting sekali dalam rumah tangga. Berilah pengertian kepada suami mengapa ibu tidak bisa menyelesaikan tugas rumah tangga dengan penjelasan yang baik dan cara yang hikmah. Insya Allah suami akan mengerti. Jangan lupa berdo’alah kepada Allah agar Dia Yang Maha Kuasa merubah kebiasaan buruk ini sesungguhnya hati Ibu dalam genggaman-Nya.

"dari berbagai sumber"

Mensyukuri Nikmat Allah

 سم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum,,,,wr.wb,,,,

   Alhamdulillah, segala Puji hanya bagi Allah SWT, yang senantiasa memberikan berjuta kenikmatan kepada semua hamba-Nya

Semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada sanak keluarga beliau dan para sahabat beliau...Amin.

Sahabatku Renungilah Firman Allah di bawah ini

   Pada dasarnya, manusia tidak akan mampu mensyukuri nikmat Allah yang begitu banyak, dan tak terhitung, sebagaimana firman-Nya: "WA In Ta'uddu Ni'matallahi La Tuhshuha";

Dan jika Kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya Kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Annahl [16];18).

Lalu Apa arti Syukur?

    Dari segi bahasa Syukur berasal berasal dari kata "Syakara"-"Yasykuru" yang maknanya "Tsana'";yaitu "Memuji" atau "Menghargai". Jadi, mensyukuri nikmat artinya "menghargai nikmat" tidak menghinanya. Nabi saw memberi petunjuk yang jelas dalam hal ini, sabda Beliau: "Man Lam Yasykuril-Qalil Lam Yasykuril-Katsir".

    Artinya:"Siapa-saja yang tidak bisa menghargai nikmat yang sedikit, maka ia tidak akan bisa menghargai nikmat yang banyak". Ini merupakan pelajaran bersyukur, yaitu dimulai dari belajar menghargai nikmat yang sedikit.


   Mensyukuri atau menghargai nikmat, akan membuat nikmat semangkin bertambah, sebagaimana firman Allah:

    "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"(.QS.IBrahim 14 :7)

 Pertanyaannya: Bersyukur yang bagaimana yang bisa menambah kenikmatan?

  Imam Asy-Syaukani mengatakan bahwa sumber utk mensyukuri nikmat Allah itu ada 3 (tiga);

    (1) Lisan /Ucapan

    (2) Hati

    (3) Perbuatan.

   Jadi, Allah baru akan menambah kenikmatan kepada seseorang, jika ia mensyukuri (menghargai) nikmat itu dengan ucapan, hati dan perbuatan.

    Imam Ibnul-Qayyim mengistilahkan 3 (tiga) hal ini sebagai Qaidun-Ni'mah (Pengikat Nikmat); yaitu 3 (tiga) hal yang membuat nikmat menjadi terikat, tidak lepas, berkurang atau hilang. Bahkan ia (nikmat) akan bertambah terus.

   Bersyukur merupakan salah satu kewajiban setiap orang kepada Allah, begitu wajibnya bersyukur, nabi saw yang jelas-jelas dijamin masuk surga, masih menyempatkan diri bersyukur kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadis disebutkan, nabi selalu menunaikan shalat tahajud, memohon maqhfirah, dan bermunajat kepadanya. Seusai sholat nabi berdoa kepada Allah hingga sholat subuh.(subhanallah)

Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam dikenal sebagai abdan syakuura (hamba Allah yang banyak bersyukur). Setiap langkah dan tindakan beliau merupakan perwujudan rasa syukurnya kepada Allah.Suatu ketika Nabi memengang tangan Muadz bin Jabal dengan mesra seraya berkata :

 "Hai Muadz, demi Allah sesungguhnya aku amat menyayangimu". Beliau melanjutkan sabdanya, "Wahai Muadz, aku berpesan, janganlah kamu tinggalkan pada tiap-tiap sehabis shalat berdo'a : Allahumma a'innii `alaa dzikrika wa syukrika wa husni `ibaadatika (Ya Allah,tolonglah aku agar senantiasa ingat kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan baik dalam beribadat kepada-Mu)".
 
Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata, "Perumpamaan orang yang memuji syukur kepada Allah hanya dengan lidah, namun belum bersyukur dengan ketaatannya, sama halnya dengan orang yang berpakaian hanya mampu menutup kepala dan kakinya, tetapi tidak cukup menutupi seluruh tubuhnya. Apakah pakaian demikian dapat melindungi dari cuaca panas atau dingin ?"

Sebagai penutup kajian "bersyukur dengan lisan", saya kutipkan sabda Rasulullah SAW:

    "Ma An'amallahu 'Abdan Ni'matan Faqala: Al-Hamdulillah, Illa Kanalladzi A'tha Afdhal Min-Ma Akhadza"

artinya:"Tidaklah seorang hamba diberi nikmat oleh Allah, lalu ia mengucapkan: Al-Hamdulillah, melainkan --ucapan-- yang dia berikan itu lebih utama dari --nikmat-- yang dia peroleh (H.R. Ibnu Majah).

Wasalamualaikum wr.wb...
 
 
 

Bersyukur dengan hati nurani. Kata Hati alias nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap detik hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allahlah yang mampu menganugerahkan nikmat-Nya.
 
Kenikmatan yang terlupakan
Sebagai penegas terhadap keharusan untuk mensyukuri nikmat Allah ini, Rasulullah bersabda, “Ada dua kenikmatan, banyak manusia menjadi merugi gara-gara dua kenikmatan ini, yaitu; nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang.” (HR Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya, hadits no. 6412).
Bukankah semua ruas tulang belulang manusia merupakan wujud dari kesehatan yang Allah swt berikan itu? Namun, sayangnya, sebagaimana tersebut dalam hadits, banyak manusia melupakannya sehingga mereka menjadi merugi karena tidak mensyukurinya.
“Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka sesungguhnya Tuhanku Maha kaya (tidak membutuhka sesuatu) lagi Mahamulia” (QS An-Naml [27]: 40)
 
Ketahuilah bahwa syukur merupakan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah yang husna. Yaitu Allah pasti akan membalas setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Nya, tanpa luput satu orang pun dan tanpa terlewat satu amalan pun. Dalam QS Luqman (31): 12 dinyatakan: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (manfaat) dirinya sendiri.”
 
 
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim)





Bersyukur dengan Ucapan Lidahlah yang biasa melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling untuk menyatakan Syukur kita kepada Allah adalah Hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa mengucapkan Subhanallah, maka baginya 10 kebaikan, Barangsiapa membaca Lailahaillallah, maka baginya 20 kebaikan, Barangsiapa membaca Alhamdulillah, maka baginya 30 kebaikan.”

 "Sungguh Allah benar2 ridha kepada seorang hamba, jika ia mengkonsumsi makanan atau minuman, ia selalu mengucapkan Al-Hamdulillah" (H.R.Ahmad,Muslim,At-Tirmidzi dan An-Nasa-i). Subhanallahi Wal-Hamdulillah;tiada yg lebih utama daripada keridhaan Allah dan betapa dahsyatnya kalimat "Al-Hamdulillah".
Ibnu 'Abbas berkata:"Al-Hamdulillah Kalimatu Kulli Syakirin"; artinya:"Al-Hamdulillah adalah kalimat --yang diucapkan oleh-- setiap org yg bersyukur". Inilah ilmu tentang bersyukur dengan "lisan/ucapan" yang diajarkan Rasulullah SAW.

 Pertanggungjawaban untuk setiap kenikmatan
Semua kenikmatan yang Allah swt berikan kepada manusia akan dimintai pertanggungjawabannya. Termasuk kenikmatan yang berupa 360 ruas tulang belulangnya. Caranya adalah dengan menunaikan hak dan kewajiban setiap ruas tulang belulang tersebut untuk bersedekah, sebagaimana telah dijelaskan pada tulisan yang lalu.
Hal ini sejalan dengan QS At-Takatsur: 8 yang menegaskan bahwa manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala bentuk kenikmatan yang telah diterimanya. Sejalan pula dengan QS Al-Isra':36 yang menegaskan bahwa pendengaran, penglihatan dan hati itu akan dimintai pertanggungjawaban.
"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku." (QS. Al-Baqarah [2]: 152)

Bersyukur dengan perbuatan yang biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya di pergunakan untuk hal-hal yang positif, menurut Imam Al-Ghazali, ada 7 anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur, antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan, Allah berfirman, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebutnya-nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS.Aldhuha [93];11).

Pada dasarnya, manusia tidak akan mampu mensyukuri nikmat Allah yang begitu banyak, dan tak terhitung, sebagaimana firman-Nya: "WA In Ta'uddu Ni'matallahi La Tuhshuha";
Dan jika Kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya Kamu tak dapat menentukkan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS.Annahl [16];18).

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"(.QS.IBrahim 14 :7)

“Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka sesungguhnya Tuhanku Maha kaya (tidak membutuhka sesuatu) lagi Mahamulia” (QS An-Naml [27]: 40)

Perjalanan Menyambut Kematian

Label: ,


سم الله الرحمن الرحيم 


Assalamualaikum,,,,wr.wb,,,,
 
Semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada sanak keluarga beliau dan para sahabat beliau

Saudaraku Seiman Apa Yang kalian siapkan Untuk Menyambutnya,,,

Kematian, salah satu rahasia ilmu ghaib yang hanya diketahui oleh Allah ta’ala. Allah telah menetapkan setiap jiwa pasti akan merasakannya. Kematian tidak pandang bulu. Apabila sudah tiba saatnya, malaikat pencabut nyawa akan segera menunaikan tugasnya. Dia tidak mau menerima pengunduran jadwal, barang sedetik sekalipun. Karena bukanlah sifat malaikat seperti manusia, yang zalim dan jahil.

Manusia tenggelam dalam seribu satu kesenangan dunia, sementara ia lalai mempersiapkan diri menyambut akhiratnya. Berbeda dengan para malaikat yang senantiasa patuh dan mengerjakan perintah Tuhannya. Duhai, tidakkah manusia sadar. Seandainya dia tahu apa isi neraka saat ini juga pasti dia akan menangis, menangis dan menangis. SubhanAllah, adakah orang yang tidak merasa takut dari neraka. Sebuah tempat penuh siksa. Sebuah negeri kengerian dan jeritan manusia-manusia durhaka. Neraka ada di hadapan kita, dengan apakah kita akan membentengi diri darinya ? Apakah dengan menumpuk kesalahan dan dosa, hari demi hari, malam demi malam, sehingga membuat hati semakin menjadi hitam legam ? Apakah kita tidak ingat ketika itu kita berbuat dosa, lalu sesudahnya kita melakukannya, kemudian sesudahnya kita melakukannya ? Sampai kapan engkau jera ?



Sebab-sebab su’ul khatimah

Saudaraku seiman mudah -mudahan Allah memberikan taufik kepada Anda- ketahuilah bahwa su’ul khatimah tidak akan terjadi pada diri orang yang shalih secara lahir dan batin di hadapan Allah. Terhadap orang-orang yang jujur dalam ucapan dan perbuatannya, tidak pernah terdengar cerita bahwa mereka su’ul khotimah. Su’ul khotimah hanya terjadi pada orang yang rusak batinnya, rusak keyakinannya, serta rusak amalan lahiriahnya; yakni terhadap orang-orang yang nekat melakukan dosa-dosa besar dan berani melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Kemungkinan semua dosa itu demikian mendominasi dirinya sehingga ia meninggal saat melakukannya, sebelum sempat bertaubat dengan sungguh-sungguh.
(naudzubillah suma nauzubillah minzalik)

Perlu diketahui bahwa su’ul khotimah memiliki berbagai sebab yang banyak jumlahnya. Di antaranya yang terpokok adalah sebagai berikut :
  • Berbuat syirik kepada Allah ‘azza wa jalla. Pada hakikatnya syirik adalah ketergantungan hati kepada selain Allah dalam bentuk rasa cinta, rasa takut, pengharapan, do’a, tawakal, inabah (taubat) dan lain-lain.
  • Berbuat bid’ah dalam melaksanakan agama. Bid’ah adalah menciptakan hal baru yang tidak ada tuntunannya dari Allah dan Rasul-Nya. Penganut bid’ah tidak akan mendapat taufik untuk memperoleh husnul khatimah, terutama penganut bid’ah yang sudah mendapatkan peringatan dan nasehat atas kebid’ahannya. Semoga Allah memelihara diri kita dari kehinaan itu.
  • Terus menerus berbuat maksiat dengan menganggap remeh dan sepele perbuatan-perbuatan maksiat tersebut, terutama dosa-dosa besar. Pelakunya akan mendapatkan kehinaan di saat mati, disamping setan pun semakin memperhina dirinya. Dua kehinaan akan ia dapatkan sekaligus dan ditambah lemahnya iman, akhirnya ia mengalami su’ul khotimah.
  • Melecehkan agama dan ahli agama dari kalangan ulama, da’i, dan orang-orang shalih serta ringan tangan dan lidah dalam mencaci dan menyakiti mereka.
  • Lalai terhadap Allah dan selalu merasa aman dari siksa Allah. Allah berfirman yang artinya, “Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga). Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi” (QS. Al A’raaf [7] : 99)
  • Berbuat zalim. Kezaliman memang ladang kenikmatan namun berakibat menakutkan. Orang-orang yang zalim adalah orang-orang yang paling layak meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al An’aam [6] : 44)
  • Berteman dengan orang-orang jahat. Allah berfirman yang artinya, “(Ingatlah) hari ketika orang yang zalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan yang lurus bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan sebagai teman akrabku” (QS. Al Furqaan [25] : 27-28)
  • Bersikap ujub. Sikap ujub pada hakikatnya adalah sikap seseorang yang merasa bangga dengan amal perbuatannya sendiri serta menganggap rendah perbuatan orang lain, bahkan bersikap sombong di hadapan mereka. Ini adalah penyakit yang dikhawatirkan menimpa orang-orang shalih sehingga menggugurkan amal shalih mereka dan menjerumuskan mereka ke dalam su’ul khotimah.
Demikianlah beberapa hal yang bisa menyebabkan su’ul khotimah. Kesemuanya adalah biang dari segala keburukan, bahkan akar dari semua kejahatan. Setiap orang yang berakal hendaknya mewaspadai dan menghindarinya, demi menghindari su’ul khotimah.

Tanda-tanda husnul khotimah

Tanda-tanda husnul khotimah cukup banyak. Di sini kami menyebutkan sebagian di antaranya saja :
  • Mengucapkan kalimat tauhid laa ilaaha illallaah saat meninggal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapan dari hidupnya adalah laa ilaaha illallaah, pasti masuk surga” (HR. Abu Dawud dll, dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil)
  • Meninggal pada malam Jum’at atau pada hari Jum’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap muslim yang meninggal pada hari atau malam Jum’at pasti akan Allah lindungi dari siksa kubur” (HR.Ahmad)
  • Meninggal dengan dahi berkeringat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang mukmin itu meninggal dengan berkeringat di dahinya” (HR. Ahmad, Tirmidzi dll. dishahihkan Al Albani)
  • Meninggal karena wabah penyakit menular dengan penuh kesabaran dan mengharapkan pahala dari Allah, seperti penyakit kolera, TBC dan lain sebagainya
  • Wanita yang meninggal saat nifas karena melahirkan anak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya berarti mati syahid. Sang anak akan menarik-nariknya dengan riang gembira menuju surga” (HR. Ahmad)
  • Munculnya bau harum semerbak, yakni yang keluar dari tubuh jenazah setelah meninggal dan dapat tercium oleh orang-orang di sekitarnya. Seringkali itu didapatkan pada jasad orang-orang yang mati syahid, terutama syahid fi sabilillah.
  • Mendapatkan pujian yang baik dari masyarakat sekitar setelah meninggalnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati jenazah. Beliau mendengar orang-orang memujinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Pasti (masuk) surga” Beliau kemudian bersabda, “kalian adalah para saksi Allah di muka bumi ini” (HR. At Tirmidzi)
  • Melihat sesuatu yang menggembirakan saat ruh diangkat. Misalnya, melihat burung-burung putih yang indah atau taman-taman indah dan pemandangan yang menakjubkan, namun tidak seorangpun di sekitarnya yang melihatnya. Kejadian itu dialami sebagian orang-orang shalih. Mereka menggambarkan sendiri apa yang mereka lihat pada saat sakaratul maut tersebut dalam keadaan sangat berbahagia, sedangkan orang-orang di sekitar mereka tampak terkejut dan tercengang saja.
Lalu Bagaimanakah kita menyambut kematian?

Saudara tercinta, sambutlah sang kematian dengan hal-hal berikut :
  • Dengan iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir, dan takdir baik maupun buruk.
  • Dengan menjaga shalat lima waktu tepat pada waktunya di masjid secara berjama’ah bersama kaum muslim dengan menjaga kekhusyu’an dan merenungi maknanya. Namun, shalat wanita di rumahnya lebih baik daripada di masjid.
  • Dengan mengeluarkan zakat yang diwajibkan sesuai dengan takaran dan cara-cara yang disyari’atkan.
  • Dengan melakukan puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala.
  • Dengan melakukan haji mabrur, karena pahala haji mabrur pasti surga. Demikian juga umrah di bulan Ramadhan, karena pahalanya sama dengan haji bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, yakni setelah melaksanakan yang wajib. Baik itu shalat, zakat, puasa maupun haji. Allah menandaskan dalam sebuah hadits qudsi, “Seorang hamba akan terus mendekatkan diri kepada-Ku melalui ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku mencintai-Nya”
  • Dengan segera bertobat secara ikhlas dari segala perbuatan maksiat dan kemungkaran, kemudian menanamkan tekad untuk mengisi waktu dengan banyak memohon ampunan, berdzikir, dan melakukan ketaatan.
  • Dengan ikhlas kepada Allah dan meninggalkan riya dalam segala ibadah, sebagaimana firman Allah yang artinya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah [98] : 5)
  • Dengan mencintai Allah dan Rasul-Nya.
  • Hal itu hanya sempurna dengan mengikuti ajaran Nabi, sebagaimana yang Allah firmankan yang artinya, “Katakanlah, ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang” (QS. Ali Imran [3] : 31)
  • Dengan mencintai seseorang karena Allah dan membenci seseorang karena Allah, berloyalitas karena Allah dan bermusuhan karena Allah. Konsekuensinya adalah mencintai kaum mukmin meskipun saling berjauhan dan membenci orang kafir meskipun dekat dengan mereka.
  • Dengan rasa takut kepada Allah, dengan mengamalkan ajaran kitab-Nya, dengan ridha terhadap rezeki-Nya meski sedikit, namun bersiap diri menghadapi Hari Kemudian. Itulah hakikat dari takwa.
  • Dengan bersabar menghadapi cobaan, bersyukur kala mendapatkan kenikmatan, selalu mengingat Allah dalam suasana ramai atau dalam kesendirian, serta selalu mengharapkan keutamaan dan karunia dari Allah. Dan lain-lain.

Semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada sanak keluarga beliau dan para sahabat beliau.
"Saudaraku Seiman Semoga Kita Semua Wafat  Dalam keadaan husnul khotimah"
Amin...


Ujung kehidupan manusia adalah kematian. Tidak ada yang bisa menghindar. Siapa pun ia,lantaran seringnya kita mendengar kematian,seakan-akan ia adalah hal yang biasa saja bagi kita. Padahal ia adalah pintu peralihan kehidupan,dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Dan segalanya akan dimintai pertanggungjawaban.


 Kenestapaan setelah kematian atau kebahagiaan, adalah pilihan yang harus kita pilih selagi kita hidup di dunia ini. Jadi jika kita masih merasa manusia, seyogjanya kita ingat Tuan Besar yang stu ini,Tuan Kematian.


Kematian adalah suatu kepastian. Ia akan datang tepat waktu, tanpa bisa dimajukan atau diundurkan, kendati barang sedetik. 








Sambil tersenyum ia mencabut nyawa dari badan Anda dengan sangat hati-hati sehingga nyaris tidak Anda rasakan. Subahanallah,





Ketika Anda menghembusakan nafas terakhir sambil mengucapkan لآ الــه الا اللــه (Tiada tuhan yang pantas disembah selain Allah), orang-orang di sekitar Anda akan melihat wajah Anda yang berseri-seri sambil tersenyum simpul. Anda bisa tersenyum karena mengetahui bahwa Anda adalah orang yang akan meraih Great Success (Kesuksesan Tanpa Batas), yakni akan masuk syurga, insyaa Allah

Saudaraku! Kematian itu adalah haq. Ia datang hanya satu kali, kendati banyak sebab kematian. Kematian adalah kematian.





Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: Ya Tuhan Penciptaku, kembalikan aku kembali (ke dunia) agar aku berbuat amal shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja (tidak akan didengar Tuhan Pencipta). Dan di hadapan mereka ada barzakh (pembatas) sampai hari mereka dibangkitkan. (Q.S. Al-Mu’min /23 : 99-100)

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda : “ Apabila manusia mati maka putuslah semua amalannya melainkan tiga perkara; shodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang shaleh yang mendoakannya. (Hadits Riwayat Muslim, No. 3087)




Semoga Allah membantu dan menolong kita dalam menyiapkan bekal menghadapi kematian dan Dia mudahkan kita saat menghadapi sakratul maut. Semoga Allah pilih kita menjadi orang-orang yang sukses di sisi-Nya, kendati di mata manusia dianggap gagal.





Dan semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin…





 Saat menghadapi kematian, petugas pencabut nyawa, Malaikatl Maut akan menyelesaikan tugasnya dengan sangat sempurna.







 Jika Anda adalah orang yang sukses menjalankan Misi Ibadah dan Visi Khilafah dengan baik ketika hidup di atas bumi Allah ini, maka Malaikat Maut datang dengan penampilan yang sangat sopan, berpakaian putih bersih dengan aroma harum kasturi.




Dan semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin…